Pengertian Kepercayaan
Menurut Para Ahli
o
Das dan Teng (1998)
Kepercayaan
sebagai derajat di mana seseorang yang percaya menaruh sikap positif terhadap
keinginan baik dan keandalan orang lain yang dipercayanya di dalam situasi yang
berubah ubah dan beresiko.
o Rousseau
et al, (1998)
Kepercayaan
sebagai bagian psikologis yang terdiri dari keadaan pasrah untuk menerima
kekurangan berdasarkan harapan positif dari niat atau perilaku orang lain.
o
Mayer (1995)
Kepercayaan
dinyatakan sebagai keinginan suatu pihak untuk menjadi pasrah/menerima tindakan
dari pihak lain berdasarkan pengharapan bahwa pihak lain tersebut akan
melakukan sesuatu tindakan tertentu yang penting bagi pihak yang memberikan
kepercayaan, terhadap kemampuan memonitor atau mengendalikan pihak lain.
o Doney
et.al. (1998)
Kepercayan
sebagai sesuatu yang diharapkan dari kejujuran dan perilaku kooperif yang
berdasarkan saling berbagi norma-norma dan nilai yang sama .
Komponen
Kepercayaan Karyawan Terhadap Pimpinan
Menurut
Robbins et al. dalam bukunya berjudul “Management” (2000), para peneliti telah
menemukan lima komponen dari suatu kepercayaan karyawan terhadap pimpinannya,
yaitu:
1.
Integritas berupa kejujuran
dan nilai kebenaran sang pimpinannya.
2.
Kompeten dimana sang
pimpinan memiliki pengetahuan dan ketrampilan teknis dan hubungan
antarpersonal.
3.
Konsistensi yakni dapat
diandalkan, kemampuan memrediksi, dan mengatasi setiap persoalan.
4.
Kesetiaan dimana sang
pimpinan memiliki kehendak kuat melindungi dan menjaga karyawannya.
5.
Keterbukaan dimana pimpinan
tidak segan berbagi gagasan dan informasi dengan bebasnya.
Jenis Kepercayaan
Dalam hubungan organisasi ada tiga jenis kepercayaan, yaitu:
1.
Kepercayaan berbasis
pada kekuatan
Kepercayaan
berbasis pada kekuatan akan berfungsi hanya
pada tingkat bahwa hukuman itu mungkin, konsekuensi nya jelas dan hukuman
sesungguhnya dijatuhkan jika kepercayaan dilanggar. Lebih dari itu potensi kerugian dari
interaksi masa depan
dengan pihak lain harus berimbang dengan potensi yang diperoleh dari melanggar
pengharapan. Terlebih lagi pihak yang berpotensi dirugikan harus mau
memperkenalkan ancaman pada orang yang melanggar kepercayaan tersebut.
Contoh dari kepercayaan berbasis kekuatan
adalah hubugan manajer dengan karyawan baru. Sebagai karyawan, anda umumnya
percaya pada bos baru
walaupun sedikit saja pengalaman yang bisa menjadi landasan bagi kepercayaan
anda. Ikatan yang menciptakan kepercayaan terletak pada wewenang yang
ditanggung oleh bos dan hukuman
yang dapat dijatuhkannya jika anda gagal memenuhi kewajiban-kewajiban yang
berhubungan dengan pekerjaan anda.
2.
Kepercayaan berbasis pada pengetahuan
Kepercayaan
berbasis pada pengetahuan sebagian
besar hubungan organisasi berakar pada kepercayaan berbasis pengetahuan.
Kepercayaan yang didasarkan pada predictabilitas perilaku yang berasal dari
riwayat interaksi kepercayaan itu ada jika anda memiliki informasi yang memadai
tentang seseorang sehingga anda memhami bahwa mereka cukup mampu memperkirakan
secara tepat perilaku mereka.
Kepercayaan ini mengandalkan informasi
dan bukannya ketakutan. Pengetahuan pihak lain tentang predictabilitas tentang
perilakunya menggantikan kontrak hukuman dan kesepakatan hukum yang lazim yang
terdapat pada kepercayaan berbasis ketakutan. Pengetahuan ini berkembang dari
waktu ke waktu, umumnya sebagai fungsi dari pengalaman yang membangun
kepercayaan akan sifat dapat dipercaya
dan predictabilitas. Semakin baik anda mengenal seseorang semakin akurat anda
dapat memperkirakan apa yang dia lakukan.
Yang menarik, pada tingkat berbasiskan
pengetahuan, kepercayaan tidak perlu rusak oleh perilaku yang tidak konsisten.
Jika anda yakin, anda dapat menjelaskan secara memadai atau memahami
pelanggaran oleh pihak lain yang tampak dari pihak, anda dapat menerimanya,
memaafkan itu, dan terus mempertahankan hubungan itu. Akan tetapi,
inkonsistensi yang sama pada tingkat ketakutan mungkin secara permanen
menghancurkan kepercayaan.
3.
Kepercayaan berbasis pada identifikasi
Kepercayaan
berbasis pada identifikasi tingkat
kepercayaan paling tinggi dicapai bila terdapat hubungan emosional antara dua
pihak. Hal itu kemungkinan satu pihak bertindak sebagai agen bagi pihak lain
dan menggantikan orang itu dalam transaksi interprasional. Ini disebut
kepercayaan berbasis identifikasi. Kepercayaan ini ada karna masing-masing
pihak saling memahami maksud masing-masing dan menghargai keiginan pihak lain.
Pengertian ini berkembang ke titik dimana masing-masing pihak dapat bertindak
secara efektif bagi yang lain. Pada tingkat ini terdapat tingkat kendali
minimal. Anda tidak perlu memantau pihak lain karena terdapat loyalitas yang
tidak perlu dipertanyakan.
Contoh dari kepercayaan berbasis
identifikasi adalah pasangan suami istri yang telah lama menikah dan hidup
berbahagia. Suami mempelajari apa yang penting bagi istrinya dan mengantisipasi
tindak-tindakan itu. Pada giliran isteri percaya bahwa suami akan
mengantisipasi apa yang penting baginya tanpa harus meminta. Peningkatan
identifikasi memungkinkan masing-msing pihak berfikir seperti yang lain, merasa
seperti yang lain, dan menanggapi seperti yang lain.
Sumber :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar